HEADLINE NEWS

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumlah Dokter BTKV Masih Kurang

Pertemuan Ilmiah Tahunan HBTKVI. Foto (istimewa)

MEDAN : Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Toraks, Kardiak dan Vaskular Indonesia [HBTKVI] Prof Dr Paul Tahalele Sp BTKV-E (K) menyebutkan, jumlah dokter spesialis BTKV di Indonesia hanya berjumlah 150 orang. Dari jumlah tersebut, 70 persennya berada di Jakarta.

"Jumlah itu masih kurang dibanding dengan jumlah masyarakat. Mayoritas anggota kita itu di Jakarta, ada sekitar 70 persen. Di daerah-daerah masih kurang, di Medan saja baru 5 orang," kata Prof. Dr. Paul di sela-sela Pertemuan Ilmiah Tahunan [PIT] 2019 HBTKVI di Medan, Rabu (31/07/2019).

Dia mengakui, akibat minimnya jumlah dokter spesialis BTKV, maka antrian pasien untuk operasi bedah jantung di rumah sakit cukup panjang.

"Antrian banyak. Harusnya dari Kemenkes membuat kebijakan-kebijakan untuk mengatasi problem kesehatan di Indonesia, karena itu dari situ turunnya. Kita hanya pelaksana di lapangan, kita juga menjaga agar rakyat kita itu aman dari kecelakaan, cedera pasiennya selamat dan kita melaksanakan sesuai profesi kita," pungkasnya didampingi Sekretaris HBTKV Indonesia dr. Prasetyo Edi Sp BTKV-E.

Begitupun, lanjutnya, pihaknya sudah mendirikan 16 center pusat bedah jantung dan pembuluh darah. Di antaranya, Aceh, Sumut, Padang, Riau, Palembang, Jakarta ada banyak rumah sakit, tapi pusatnya di RS Cipto Mangunkusumo dan RS Jantung Harapan Kita, kemudian Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Kalimantan, Samarinda, Makassar, Bali, Manado, Surabaya.

"Sudah ada 16 center dan akan ada 3 center lagi, yakni Malang, Batam dan Banjarmasin. Jadi totalnya ada 19 center nanti," ungkapnya.

Dia juga berpesan, jika masyarakat mengalami keluhan jantung seperti nyeri dada maka diperiksa kepada dokter jantung. "Jadi kalau nyeri dada jangan hanya dikerok dan minum jamu saja, tapi periksa dokter terutama dokter jantung. Kalau dokter mendiagnosis perlu operasi maka akan diberikan kepada kita. Jadi yang perlu rantai kerjasama itu," tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Ketua Panitia PIT 2019 HBTKVI dr. Doddy Prabisma, Sp. BTKV mengatakan, PIT 2019 HBTKVI bertujuan untuk meningkatkan khazanah keilmuan dan pelayanan di bidang profesi kedokteran terutama bedah paru-paru, jantung dan pembuluh darah.

"Jika keilmuan kita meningkat, maka otomatis layanan kesehatan yang kita berikan ke masyarakat jadi lebih maksimal. Inilah tujuan diselenggarakannya PIT ini," katanya.

Pertemuan Ilmiah Tahunan HBTKVI. Foto (istimewa)
Peserta kegiatan ini berjumlah 250 peserta yang terdiri dari dokter umum, dokter calon spesialis, dokter spesialis dan seluruh tenaga medis yang bekerja di bidang bedah toraks dan kardiak dan vaskular.

Adapun Tema PIT 2019 ini yakni Enhancing Skills and Knowledge of Cardiac Thoracic And Vascular Surgery atau Meningkatkan Keterampilan dan Pengetahuan tentang Bedah Jantung dan Pembuluh Darah.

Wakil Rektor II USU Prof Dr dr M Fidel Ganis Siregar, SpOG (K) hadir dalam kegiatan itu mewakili Rektor USU Prof Dr Runtung. Kegiatan itu juga dilaksanakan di RS USU.

Hadir dalam acara itu Ahli Bedah Paru dari Spanyol, Diego Gonzales Rivas, MD, FECTS, Direktur Utama Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Dr. dr. Syah Mirsya Warli, Sp U, Dekan Fakultas Kedokteran (FK) USU, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S. (K.)

Prof Dr dr M Fidel Ganis Siregar, mewakili Rektor USU mengucapkan selamat datang dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak/ibu seluruh undangan yang hadir pada hari ini. Sungguh merupakan sebuah kehormatan bagi kami semua atas ditunjuknya Universitas Sumatera Utara sebagai tuan rumah dalam pelaksanaan PIT XI HBTKVI ini.

Prof Dr dr M Fidel Ganis Siregar. Foto (istimewa)

Rektor menyampaikan, kegiatan yang berlangsung dari tanggal 30 Juli–02 Agustus 2019 diharapkan dapat menghasilkan hal yang bermanfaat bagi rakyat. "Saya berharap agar dalam pertemuan ini nantinya akan dapat dihasilkan berbagai ide, temuan dan pemikiran yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu kedokteran, khususnya yang berkaitan dengan bedah toraks kardiak dan vaskular di Indonesia," terang Prof Fidel mengutip sambutan Rektor USU.

BTKV atau Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular dalam bahasa awamnya dapat diterjemahkan sebagai bedah jantung, paru dan pembuluh darah. Jumlah BTKV di Indonesia hingga saat ini belum mencapai angka 200, sehingga belum mencukupi kebutuhan bagi seluruh daerah di Indonesia.

Adapun dokter BTKV yang berperan sebagai tenaga pendidik di Fakultas Kedokteran, Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran maupun Rumah Sakit Pendidikan, baik di RSUP Haji Adam Malik maupun RSP USU berjumlah 5 orang.

Rumah Sakit Pendidikan USU telah memperoleh akreditasi paripurna dan masuk dalam kategori 4 besar peraih akreditasi paripurna dari 24 Rumah Sakit Pendidikan PTN yang ada di seluruh Indonesia.

"Tanpa bermaksud membanggakan diri, dapat saya sampaikan bahwa RS USU sesungguhnya telah layak untuk mendapatkan kenaikan status menjadi Rumah Sakit Tipe B. Akan tetapi, RS USU saat ini memilih untuk tetap mempertahankan statusnya sebagai Rumah Sakit Tipe C agar seluruh kasus penanganan penyakit bisa masuk ke RS USU. Dengan demikian, maka para sarjana dan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU mendapatkan kesempatan untuk mempelajari berbagai jenis penyakit yang diderita masyarakat," ujar Prof Dr dr M Fidel Ganis Siregar, SpOG (K). (Rel/RMC)

Previous
« Prev Post

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *